KOAGULASI
 Koagulasi merupakan proses destabilisasi muatan partikel  koloid, suspended solid halus dengan  penambahan koagulan disertai dengan pengadukan cepat untuk mendispersikan bahan  kimia secara merata. Dalam suatu suspensi, koloid tidak mengendap (bersifat  stabil) dan terpelihara dalam keadaan terdispersi, karena mempunyai gaya  elektrostatis yang diperolehnya dari ionisasi bagian permukaan serta adsorpsi  ion-ion dari larutan sekitar. Pada dasarnya koloid terbagi dua, yakni koloid  hidrofilik yang bersifat mudah larut dalam air (soluble) dan koloid  hidrofobik yang bersifat sukar larut dalam air (insoluble). Bila  koagulan ditambahkan ke dalam air, reaksi yang terjadi antara lain adalah:
- Pengurangan zeta potensial (potensial elektrostatis) hingga suatu titik di mana gaya van der walls dan agitasi yang diberikan menyebabkan partikel yang tidak stabil bergabung serta membentuk flok;
 - Agregasi partikel melalui rangkaian inter partikulat antara grup-grup reaktif pada koloid;
 - Penangkapan partikel koloid negatif oleh flok-flok hidroksida yang mengendap.
 
Untuk suspensi encer laju koagulasi rendah karena konsentrasi  koloid yang rendah sehingga kontak antar partikel tidak memadai, bila digunakan  dosis koagulan yang terlalu besar akan mengakibatkan restabilisasi koloid.  Untuk mengatasi hal ini, agar konsentrasi koloid berada pada titik dimana  flok-flok dapat terbentuk dengan baik, maka dilakukan proses recycle sejumlah settled sludge sebelum atau sesudah rapid mixing dilakukan. Tindakan ini sudah umum dilakukan pada banyak instalasi untuk  meningkatkan efektifitas pengolahan. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses  koagulasi antara lain:
 1.   Kualitas air meliputi gas-gas terlarut,  warna, kekeruhan, rasa, bau,  dan  kesadahan;
 2.   Jumlah dan karakteristik koloid;
 3.   Derajat keasaman air (pH);
 4.   Pengadukan cepat, dan kecepatan paddle;
 5.   Temperatur air;
 6.   Alkalinitas air, bila terlalu rendah  ditambah dengan pembubuhan kapur;
 7.   Karakteristik ion-ion dalam air.
 Koagulan yang paling banyak digunakan dalam praktek di  lapangan adalah alumunium sulfat [Al2(SO4)3],  karena mudah diperoleh dan harganya relatif lebih murah dibandingkan dengan  jenis koagulan lain. Sedangkan kapur untuk pengontrol pH air yang paling lazim  dipakai adalah kapur tohor (CaCO3). Agar proses pencampuran koagulan  berlangsung efektif dibutuhkan derajat pengadukan > 500/detik, nilai ini  disebut dengan gradien kecepatan (G).
 Untuk mencapai derajat pengadukan yang memadai, berbagai  cara pengadukan dapat dilakukan, diantaranya:
 1.   Pengadukan Mekanis
 Dapat dilakukan menggunakan turbine impeller, propeller,  atau paddle impeller.
 2.   Pengadukan Pneumatis
 Sistem ini menggunakan penginjeksian udara dengan  kompresor pada bagian bawah bak koagulasi. Gradien kecepatan diperoleh dengan  pengaturan flow rate udara yang  diinjeksikan.
 3.   Pengadukan hidrolis
 Pengadukan cepat menggunakan sistem hidrolis dilakukan  dengan berbagai cara, diantaranya melalui terjunan air, aliran air dalam pipa,  dan aliran dalam saluran. Nilai gradien kecepatan dihitung berdasarkan  persamaan sebelumnya. Sementara besar headloss masing-masing tipe pengadukan hidrolis berbeda-beda tergantung pada sistem  hidrolis yang dipakai. Untuk pengadukan secara hidrolis, besar nilai headloss yang digunakan sangat  mempengaruhi efektifitas pengadukan. Nilai headloss ditentukan menurut tipe pengadukan yang digunakan, yaitu terjunan air,  aliran dalam pipa, atau  aliran dalam  saluran (baffle).
 a.   Terjunan  hidrolis
 Metode pengadukan terjunan air merupakan metode  pengadukan hidrolis yang simple dalam  operasional. Besar headloss selama  pengadukan dipengaruhi oleh tinggi jarak terjunan yang dirancang. Metode ini  tidak membutuhkan peralatan yang bergerak dan semua peralatan yang digunakan  berupa peralatan diam/statis.           
 
 Gambar 3.2 Terjunan Hidrolis
 b.   Aliran dalam  pipa
 Salah satu metoda pengadukan cepat yang paling ekonomis  dan simple adalah pengadukan melalui  aliran dalam pipa. Metoda ini sangat banyak digunakan pada instalasi-instalasi  berukuran kecil dengan tujuan menghemat biaya operasional dan pemeliharaan  alat. Efektivitas pengadukan dipengaruhi oleh debit, jenis dan diameter pipa,  dan panjang pipa pengaduk yang digunakan.
 c.   Aliran dalam saluran (baffle)         
 Bentuk aliran dalam saluran baffle ada dua macam, yang paling umum digunakan yaitu pola aliran  mendatar (round end baffle channel) dan pola aliran vertikal (over  and under baffle).
 Operasional  dan Pemeliharaan.
- Pemeriksaan kualitas air baku di laboratorium instalasi sangat diperlukan untuk menentukan dosis koagulan yang tepat, pemeriksaan yang perlu dilakukan diantaranya mengukur kekeruhan air (turbidity) dan derajat keasaman (pH) air baku. Dosis koagulan ditentukan berdasarkan percobaan jar-test, sedangkan pH air baku ditentukan dengan komparator pH;
 - Pengontrolan debit koagulan yang masuk ke splitter box dilakukan setiap jam oleh operator instalasi;
 - Pemeriksaan clogging pada saluran/pipa feeding dan pompa pembubuh larutan koagulan dilakukan setiap harinya oleh operator instalasi, dan pemeriksaan clogging pada orifice diffuser;
 
FLOKULASI
 Proses flokulasi dalam pengolahan air bertujuan untuk  mempercepat proses penggabungan flok-flok yang telah dibibitkan pada proses  koagulasi. Partikel-partikel yang telah distabilkan selanjutnya saling  bertumbukan serta melakukan proses tarik-menarik dan membentuk flok yang  ukurannya makin lama makin besar serta mudah mengendap. Gradien kecepatan  merupakan faktor penting dalam desain bak flokulasi. Jika nilai gradien terlalu  besar maka gaya geser yang timbul akan mencegah pembentukan flok, sebaliknya  jika nilai gradien terlalu rendah/tidak memadai maka proses penggabungan antar  partikulat tidak akan terjadi dan flok besar serta mudah mengendap akan sulit  dihasilkan. Untuk itu nilai gradien kecepatan proses flokulasi dianjurkan  berkisar antara 90/detik hingga 30/detik. Untuk mendapatkan flok yang besar dan  mudah mengendap maka bak flokulasi dibagi atas tiga kompartemen, dimana pada  kompertemen pertama terjadi proses pendewasaan flok, pada kompartemen kedua  terjadi proses penggabungan flok, dan pada kompartemen ketiga terjadi pemadatan  flok.
 Pengadukan lambat (agitasi)  pada proses flokulasi dapat dilakukan dengan metoda yang sama dengan pengadukan  cepat pada proses koagulasi, perbedaannya terletak pada nilai gradien kecepatan  di mana pada proses flokulasi nilai gradien jauh lebih kecil dibanding gradien  kecepatan koagulasi.
 Operasional  dan Pemeliharaan.
- Penyisihan schum yang mengapung pada bak flokulasi dilakukan setiap hari secara manual menggunakan alat sederhana (jala), biasanya dilakukan pada pagi hari;
 - Pengontrolan ukuran flok yang terbentuk melalui pengamatan visual;
 - Pemeriksaan kemungkinan tumbuhnya algae pada dinding tangki dan baffle;
 
d. Pengontrolan kecepatan mixer jika pengadukan dilakukan menggunakan mechanical mixer. Pengoperasian mixer membutuhkan perawatan yang lebih besar dari penggunaan flokulator baffle;
1 comment:
tolong dong informasi tentang serbuk besi sebagai bahan koagulan...saya ada tugas nie, makasih
Post a Comment