Thursday, March 26, 2009

Pengolahan Air Minum



Untitled Document



SEDIMENTASI

Unit sedimentasi merupakan peralatan yang berfungsi untuk memisahkan solid dan liquid dari suspensi untuk menghasilkan air yang lebih jernih dan konsentrasi lumpur yang lebih kental melalui pengendapan secara gravitasi. Secara keseluruhan, fungsi unit sedimentasi dalam instalasi pengolahan adalah:


a.   Mengurangi beban kerja unit filtrasi dan memperpanjang umur pemakaian unit penyaring selanjutnya;

b.   Mengurangi biaya operasi instalasi pengolahan.

Berdasarkan konsentrasi dan kecenderungan partikel berinteraksi, proses sedimentasi terbagi atas tiga macam:

1.   Sedimentasi TIpe I/Plain Settling/Discrete particle


Merupakan pengendapan partikel tanpa menggunakan koagulan. Tujuan dari unit ini adalah menurunkan kekeruhan air baku dan digunakan pada grit chamber. Dalam perhitungan dimensi efektif bak, faktor-faktor yang mempengaruhi performance bak seperti turbulensi pada inlet dan outlet, pusaran arus lokal, pengumpulan lumpur, besar nilai G sehubungan dengan penggunaan perlengkapan penyisihan lumpur dan faktor lain diabaikan untuk menghitung performance bak yang lebih sering disebut dengan ideal settling basin.


2.   Sedimentasi Tipe II (Flocculant Settling)

Pengendapan material koloid dan solid tersuspensi terjadi melalui adanya penambahan koagulan, biasanya digunakan untuk mengendapkan flok-flok kimia setelah proses koagulasi dan flokulasi.

Pengendapan partikel flokulen akan lebih efisien pada ketinggian bak yang relatif kecil. Karena tidak memungkinkan untuk membuat bak yang luas dengan ketinggian minimum, atau membagi ketinggian bak menjadi beberapa kompartemen, maka alternatif terbaik untuk meningkatkan efisiensi pengendapan bak adalah dengan memasang tube settler pada bagian atas bak pengendapan untuk menahan flok–flok yang terbentuk.


 Faktor-faktor yang dapat meningkatkan efisiensi bak pengendapan adalah:



  • Luas bidang pengendapan;

  • Penggunaan baffle pada bak sedimentasi;

  • Mendangkalkan bak;

  • Pemasangan plat miring.



3.   Hindered Settling (Zone Settling)

Merupakan pengendapan dengan konsentrasi koloid dan partikel tersuspensi adalah sedang, di mana partikel saling berdekatan sehingga gaya antar pertikel menghalangi pengendapan paertikel-paertikel di sebelahnya. Partikel berada pada posisi yang relatif  tetap satu sama  lain dan semuanya mengendap pada suatu kecepatan yang konstan. Hal ini mengakibatkan massa pertikel mengendap sebagai suatu zona, dan menimbulkan suatu permukaan kontak antara solid dan liquid.


Jenis sedimentasi yang umum digunakan pada pengolahan air bersih adalah sedimentasi tipe satu dan dua, sedangkan jenis ketiga lebih umum digunakan pada pengolahan air buangan.

Operasional dan Pemeliharaan



  • Pengontrolan kondisi pengendapan flok pada tangki dilakukan dengan frekuensi  4 kali sehari. Proses pembentukan flok yang tidak sempurna pada proses koagulasi dan flokulasi mengakibatkan banyaknya flok kecil yang terbawa ke bak penyaring sehingga meningkatkan  beban penyaring;

  • Pengontrolan kualitas clarified water untuk memeriksa efisiensi bak pengendapan. Efisiensi pengendapan yang jelek mengakibatkan meningkatnya beban pengolahan pada unit filtrasi;


  • Penyisihan schum, sludge yang mengapung dan pertumbuhan algae pada dinding tangki, baffle, dan  lounders terutama pada musim panas;


  • Pengontrolan beban permukaan dan flow rate melalui observasi visual dengan melihat ketinggian air pada weir pelimpah, bila debit air yang diolah terlalu besar maka muka air  akan melebihi ketinggian weir loading;

  • Pengurasan lumpur  yang dilakukan pada clarified water secara otomatis dan manual menurut ketebalan lumpur yang dilakukan dengan menggunakan pompa penguras.



FILTRASI

Proses filtrasi merupakan penyaringan suspended solid dan koloidal solid dari air baku menggunakan media berpori seperti pasir, antrasit, garnet. Fungsi utama dari unit filtrasi adalah menyaring semua flok-flok halus yang tidak terendapkan pada unit sedimentasi. Proses filtrasi air baku dapat dilakukan tanpa didahului oleh koagulasi, flokulasi, dan sedimentasi bila kekeruhan air baku kecil dari 10 NTU. Jenis-jenis filter menurut jumlah media yang digunakan:

a.   Saringan media tunggal;

b.   Saringan media ganda;


c.   Saringan  multi media.

Karakteristik butiran media adalah faktor penentu efisiensi proses filtrasi. Ukuran media yang efektif didapatkan dengan menentukan nilai effective size (ES), yaitu ukuran ayakan yang melewatkan 10% berat pasir, dan uniformity coefficient (UC), yaitu ukuran ayakan yang melewatkan 60% berat pasir. Berdasarkan kecepatan penyaringan, unit filter dibagi atas dua bagian, yakni:

1.   Saringan Pasir Lambat


Þ digunakan apabila kekeruhan air baku < 10 NTU.

2.   Saringan Pasir Cepat

Þ digunakan apabila kekeruhan air baku > 10 NTU.


Bila unit filtrasi menggunakan media lebih dari satu maka diusahakan agar kedua media memiliki kecepatan pengendapan yang berbeda dimana media paling bawah memiliki berat yang lebih sehingga lebih cepat mengendap, sehingga media tidak tercampur pada saat pencucian (backwash). Pencucian filter (backwash) dilakukan setiap hari dengan pompa backwash atau menggunakan tekanan air reservoar yang disambungkan ke pipa backwash filter melalui jalur by-pass. Keuntungan dari sistem yang kedua adalah efisien dalam operasional dan pemeliharaan dimana tidak dibutuhkan pompa backwash, energi listrik, dan perawatan pompa. Sistem ini biasanya digunakan jika perbedaan elevasi antara intake dan instalasi pengolahan cukup besar.


Pengontrolan kinerja filter ini dilihat dari beberapa indikator, yaitu:



  • Kekeruhan filtered water £ 0,5 NTU;

  • Durasi operasi filter diantara dua backwash;

  • Rasio jumlah air yang digunakan pada proses backwash terhadap air yang tersaring sebelum backwash, filter yang terpelihara baik memiliki rasio    2-3%;


  • Volume air yang difilter per unit luas media filter selama operasi filter. Dikenal dengan Unit Filter Run Volume (UFRV). Untuk filter normal  besarnya nilai UFRV = 37,85 m3   (10.000 gallon).

  • Kehilangan media butiran selama backwash harus selalu dikontrol dan diminimalisir, untuk media pasir kehilangan normal 1-2% dari kedalaman total filter , untuk media antrasit kehilangan normal  3-5% pertahun;


  • Pencucian filter dilakukan dengan pembukaan katup backwash secara perlahan-lahan sampai tinggi air menutupi seluruh permukaan lapisan filter, baru kemudian flow rate backwash diperbesar hingga titik full-scale, jika bukaan katup backwash dilakukan secara mendadak maka dapat terjadi pengangkatan media penyangga (kerikil) ke atas media penyaring, fenomena ini dikenal dengan overlapping yang mengakibatkan susunan media penyaring menjadi tidak terkontrol, sehingga bak harus dikeringkan untuk diperiksa.



DESINFEKSI

Desinfeksi adalah pembasmian  secara selektif mikroorganisme patogen yang ada dalam air reservoar. Sebelum air bersih didistribusikan proses desinfeksi mutlak dilakukan sebaik apapun hasil pengolahan yang diperoleh. Desinfeksi dapat dilakukan menggunakan dua macam agen desinfektan, yaitu:




    • agen kimia :     Calcium Hyphochloride (CaOCl2), Chlorine Diokside (ClO2), Bromine Chloride (BrCl), Ozon (O3), Cl2


    • agen fisik   :     Sinar ultra violet



Proses pembunuhan mikroorganisme patogen oleh agen desinfektan terjadi melalui beberapa fase, yakni:

1.   Perusakan dinding sel mikroorganisme;


2.   Merubah permeabilitas sel;

3.   Merubah sifat koloidal mikroorganisme;

4.   Menghalangi aktivitas enzim.

Dalam instalasi pengolahan air bersih jenis desinfektan  yang paling sering digunakan adalah Calcium Hipochloride. Dosis chlor yang digunakan didasarkan pada daya pengikat chlor (DPC) air baku dan kebutuhan waktu kontak. Sisa chlor yang  diinginkan pada saluran distribusi berkisar antara 0,3-0,5 ppm .


Operasional dan Pemeliharaan



  • Pembuatan larutan bahan kimia dilakukan dalam interval waktu tertentu tergantung debit pengolahan dan kapasitas pembubuh bahan kimia;

  • Kapasitas pompa pembubuh diatur untuk memberikan konsentrasi yang tepat.  Pembersihan tangki pembubuh dan motor mixer penggerak dilakukan setiap hari oleh operator intalasi;

  • Pemeriksaan kebocoran tangki pembubuh, pompa injeksi, pipa pembubuh dan penyumbatan pada pipa pembubuh dilakukan secara rutin setiap hari;


  • Pemeliharaan kebersihan peralatan tangki dan dinding serta lantai ruangan pembubuh dari noda-noda percikan pembuatan larutan.


RESERVOAR

Reservoar yang digunakan pada instalasi pengolahan air bersih berfungsi untuk menampung air hasil pengolahan sebelum didistribusikan, serta melindungi air hasil pengolahan dari kontaminasi oleh air hujan, debu, algae maupun sinar matahari langsung. Kedalaman efektif reservoar umumnya berkisar antara            3 hingga 6 meter. Reservoar diletakkan pada akhir instalasi dengan muka level air lebih rendah dari muka air unit filter, dan diusahakan tidak ada fluktuasi. Volume reservoar dirancang sebesar 15-20% dari kebutuhan air per hari.

Operasional dan Pemeliharaan.




  • Pengontrolan terhadap kemungkinan bocornya dinding bak reservoar dan kontaminasi oleh pertikel-partikel di udara dilakukan secara rutin setiap hari.  Infiltrasi air hujan/air kotor dari luar bangunan dapat terjadi dan menurunkan kualitas air yang ditampung dalam bangunan;

  • Pengurasan terhadap lumpur hasil endapan flok-flok halus yang lolos dari unit filter dilakukan dalam jangka waktu 6 bulan sekali;

  • Pembersihan interior bangunan dengan bantuan alat penggosok sederhana dilakukan oleh beberapa orang operator, pengecatan eksterior bangunan reservoar dilaksanakan dalam jangka waktu sekali setahun;

  • Pembersihan lingkungan disekitar reservoar dari genangan air dan timbunan kotoran lain yang dapat merusak struktur bangunan dan mengurangi kualitas air yang ditampung.





Pengolahan Air Minum



Untitled Document



Prasedimentasi

Prasedimentasi merupakan proses pengendapan grit secara gravitasi sederhana tanpa penambahan bahan kimia koagulan. Kegunaan proses prasedimentasi adalah untuk melindungi peralatan mekanis bergerak dan mencegah akumulasi grit pada jalur transmisi air baku dan proses pengolahan selanjutnya. Pertimbangan dasar dalam mendesain bak prasedimentasi adalah:


a. Lokasi perletakan bak prasedimentasi

Penempatan bak prasedimentasi pada lokasi intake akan memaksimalkan kegunaan bak karena grit tersisihkan lebih awal dan menekan kemungkinan akumulasi grit pada saluran/pipa transmisi air baku.

b. Jumlah bak yang dibutuhkan

Bak prasedimentasi dibangun dalam bentuk tunggal yang memiliki dua kompartemen atau dua bak terpisah, sehingga bila satu kompartemen dibersihkan, kompartemen yang lain masih dapat beroperasi sehingga supplai air ke instalasi tidak terganggu.


c. Bentuk bak prasedimentasi

Bentuk bak persegi panjang memiliki kinerja lebih baik dari bentuk bak bujur sangkar karena memiliki kemampuan untuk meredam terjadinya pusaran air yang akan menurunkan efisiensi pengendapan. Perbandingan panjang dan lebar yang dianjurkan adalah 4 : 1.

d. Ukuran grit yang disisihkan

Partikel yang disisihkan pada unit prasedimentasi berukuran 1,2 -1,5 mm.

Operasional dan Pemeliharaan




    Usaha pemeliharaan yang perlu dilakukan pada bak prasedimentasi adalah pengurasan dengan pompa penguras atau secara manual yang dilakukan dalam jangka waktu 24 jam. Pengurasan dilakukan selama periode kebutuhan air minimum, dimana valve penguras diputar dan air baku dibuang selama beberapa menit sampai lumpur yang menumpuk terkuras habis dengan menggunakan pompa penguras lumpur pada masing-masing kompartemen;
    • Pengontrolan kualitas air baku dilakukan sebelum air ditransmisikan ke unit instalasi pengolahan dengan membawa sampel air baku ke laboratorium;

    • Pembersihan sampah dan puing-puing material yang terkumpul pada screen atau mengapung di permukaan air terutama setelah terjadi hujan dilakukan setiap hari oleh operator intake;

    • Pengontrolan kinerja pompa air baku secara rutin untuk memelihara kemampuan pompa dan memperpanjang umur pakai pompa dalam menghisap dan menyalurkan air baku.





Koagulasi dan Flokulasi

KOAGULASI

Koagulasi merupakan proses destabilisasi muatan partikel koloid, suspended solid halus dengan penambahan koagulan disertai dengan pengadukan cepat untuk mendispersikan bahan kimia secara merata. Dalam suatu suspensi, koloid tidak mengendap (bersifat stabil) dan terpelihara dalam keadaan terdispersi, karena mempunyai gaya elektrostatis yang diperolehnya dari ionisasi bagian permukaan serta adsorpsi ion-ion dari larutan sekitar. Pada dasarnya koloid terbagi dua, yakni koloid hidrofilik yang bersifat mudah larut dalam air (soluble) dan koloid hidrofobik yang bersifat sukar larut dalam air (insoluble). Bila koagulan ditambahkan ke dalam air, reaksi yang terjadi antara lain adalah:




  • Pengurangan zeta potensial (potensial elektrostatis) hingga suatu titik di mana gaya van der walls dan agitasi yang diberikan menyebabkan partikel yang tidak stabil bergabung serta membentuk flok;

  • Agregasi partikel melalui rangkaian inter partikulat antara grup-grup reaktif pada koloid;

  • Penangkapan partikel koloid negatif oleh flok-flok hidroksida yang mengendap.


Untuk suspensi encer laju koagulasi rendah karena konsentrasi koloid yang rendah sehingga kontak antar partikel tidak memadai, bila digunakan dosis koagulan yang terlalu besar akan mengakibatkan restabilisasi koloid. Untuk mengatasi hal ini, agar konsentrasi koloid berada pada titik dimana flok-flok dapat terbentuk dengan baik, maka dilakukan proses recycle sejumlah settled sludge sebelum atau sesudah rapid mixing dilakukan. Tindakan ini sudah umum dilakukan pada banyak instalasi untuk meningkatkan efektifitas pengolahan. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses koagulasi antara lain:


1. Kualitas air meliputi gas-gas terlarut, warna, kekeruhan, rasa, bau, dan kesadahan;

2. Jumlah dan karakteristik koloid;

3. Derajat keasaman air (pH);


4. Pengadukan cepat, dan kecepatan paddle;

5. Temperatur air;

6. Alkalinitas air, bila terlalu rendah ditambah dengan pembubuhan kapur;


7. Karakteristik ion-ion dalam air.

Koagulan yang paling banyak digunakan dalam praktek di lapangan adalah alumunium sulfat [Al2(SO4)3], karena mudah diperoleh dan harganya relatif lebih murah dibandingkan dengan jenis koagulan lain. Sedangkan kapur untuk pengontrol pH air yang paling lazim dipakai adalah kapur tohor (CaCO3). Agar proses pencampuran koagulan berlangsung efektif dibutuhkan derajat pengadukan > 500/detik, nilai ini disebut dengan gradien kecepatan (G).

Untuk mencapai derajat pengadukan yang memadai, berbagai cara pengadukan dapat dilakukan, diantaranya:

1. Pengadukan Mekanis


Dapat dilakukan menggunakan turbine impeller, propeller, atau paddle impeller.

2. Pengadukan Pneumatis

Sistem ini menggunakan penginjeksian udara dengan kompresor pada bagian bawah bak koagulasi. Gradien kecepatan diperoleh dengan pengaturan flow rate udara yang diinjeksikan.


3. Pengadukan hidrolis

Pengadukan cepat menggunakan sistem hidrolis dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya melalui terjunan air, aliran air dalam pipa, dan aliran dalam saluran. Nilai gradien kecepatan dihitung berdasarkan persamaan sebelumnya. Sementara besar headloss masing-masing tipe pengadukan hidrolis berbeda-beda tergantung pada sistem hidrolis yang dipakai. Untuk pengadukan secara hidrolis, besar nilai headloss yang digunakan sangat mempengaruhi efektifitas pengadukan. Nilai headloss ditentukan menurut tipe pengadukan yang digunakan, yaitu terjunan air, aliran dalam pipa, atau aliran dalam saluran (baffle).


a. Terjunan hidrolis

Metode pengadukan terjunan air merupakan metode pengadukan hidrolis yang simple dalam operasional. Besar headloss selama pengadukan dipengaruhi oleh tinggi jarak terjunan yang dirancang. Metode ini tidak membutuhkan peralatan yang bergerak dan semua peralatan yang digunakan berupa peralatan diam/statis.

peace


Gambar 3.2 Terjunan Hidrolis

b. Aliran dalam pipa

Salah satu metoda pengadukan cepat yang paling ekonomis dan simple adalah pengadukan melalui aliran dalam pipa. Metoda ini sangat banyak digunakan pada instalasi-instalasi berukuran kecil dengan tujuan menghemat biaya operasional dan pemeliharaan alat. Efektivitas pengadukan dipengaruhi oleh debit, jenis dan diameter pipa, dan panjang pipa pengaduk yang digunakan.

c. Aliran dalam saluran (baffle)


Bentuk aliran dalam saluran baffle ada dua macam, yang paling umum digunakan yaitu pola aliran mendatar (round end baffle channel) dan pola aliran vertikal (over and under baffle).

Operasional dan Pemeliharaan.



  • Pemeriksaan kualitas air baku di laboratorium instalasi sangat diperlukan untuk menentukan dosis koagulan yang tepat, pemeriksaan yang perlu dilakukan diantaranya mengukur kekeruhan air (turbidity) dan derajat keasaman (pH) air baku. Dosis koagulan ditentukan berdasarkan percobaan jar-test, sedangkan pH air baku ditentukan dengan komparator pH;


  • Pengontrolan debit koagulan yang masuk ke splitter box dilakukan setiap jam oleh operator instalasi;

  • Pemeriksaan clogging pada saluran/pipa feeding dan pompa pembubuh larutan koagulan dilakukan setiap harinya oleh operator instalasi, dan pemeriksaan clogging pada orifice diffuser;



FLOKULASI

Proses flokulasi dalam pengolahan air bertujuan untuk mempercepat proses penggabungan flok-flok yang telah dibibitkan pada proses koagulasi. Partikel-partikel yang telah distabilkan selanjutnya saling bertumbukan serta melakukan proses tarik-menarik dan membentuk flok yang ukurannya makin lama makin besar serta mudah mengendap. Gradien kecepatan merupakan faktor penting dalam desain bak flokulasi. Jika nilai gradien terlalu besar maka gaya geser yang timbul akan mencegah pembentukan flok, sebaliknya jika nilai gradien terlalu rendah/tidak memadai maka proses penggabungan antar partikulat tidak akan terjadi dan flok besar serta mudah mengendap akan sulit dihasilkan. Untuk itu nilai gradien kecepatan proses flokulasi dianjurkan berkisar antara 90/detik hingga 30/detik. Untuk mendapatkan flok yang besar dan mudah mengendap maka bak flokulasi dibagi atas tiga kompartemen, dimana pada kompertemen pertama terjadi proses pendewasaan flok, pada kompartemen kedua terjadi proses penggabungan flok, dan pada kompartemen ketiga terjadi pemadatan flok.

Pengadukan lambat (agitasi) pada proses flokulasi dapat dilakukan dengan metoda yang sama dengan pengadukan cepat pada proses koagulasi, perbedaannya terletak pada nilai gradien kecepatan di mana pada proses flokulasi nilai gradien jauh lebih kecil dibanding gradien kecepatan koagulasi.

Operasional dan Pemeliharaan.




  • Penyisihan schum yang mengapung pada bak flokulasi dilakukan setiap hari secara manual menggunakan alat sederhana (jala), biasanya dilakukan pada pagi hari;

  • Pengontrolan ukuran flok yang terbentuk melalui pengamatan visual;

  • Pemeriksaan kemungkinan tumbuhnya algae pada dinding tangki dan baffle;



d. Pengontrolan kecepatan mixer jika pengadukan dilakukan menggunakan mechanical mixer. Pengoperasian mixer membutuhkan perawatan yang lebih besar dari penggunaan flokulator baffle;

Intake

ntitled DocumentIntake merupakan bangunan/alat untuk mengambil air dari sumbernya. Intake yang dibangun harus memenuhi beberapa persyaratan antara lain kehandalan dalam menyediakan air secara kontiniu, keamanan dalam beroperasi dan pembiayaan yang minimum. Kapasitas intake harus mampu melayani kebutuhan maksimum harian. Dalam pembangunan intake hal-hal yang harus diperhatikan antara lain adalah: lokasi harus aman dari arus deras, terletak di hulu sungai sehingga aman dari pencemaran, posisi intake yang benar agar air baku dapat disadap secara konstan sesuai dengan kebutuhan baik pada musim kemarau maupun pada musim hujan. Jenis-jenis intake menurut sumber air adalah brouncaptering untuk mata air, sumur dangkal, sumur dalam, sumur artesis dan desinfiltrasion gallery atau pipa untuk air tanah, serta bermacam-macam jenis intake untuk air permukaan seperti yang akan diuraikan di bawah ini.


  • Intake Tower


Dibangun sedekat mungkin ke pinggiran sungai, tetapi dengan kedalaman minimum 3 meter. Puncak intake (ruangan pompa) berada 1,5 meter di atas muka air tertinggi.




  • Shore Intake



Shore intake memiliki variasi bentuk yang tergantung kepada situasi lapangan, tetapi yang pasti terletak di pinggiran sungai. Jenis-jenis shore intake yang umum digunakan antara lain adalah:






      • Siphone Well Intake





Ciri khas dari intake ini adalah memiliki saluran air masuk ke bangunan intake berupa pipa, sehingga tekanan air yang berfluktuasi tidak memberi pengaruh pada interior intake.







      • Floating Intake




Struktur intake yang ringkas diletakkan di atas sebuah pelampung yang terapung dan bergerak naik turun mengikuti fluktuasi muka air.







      • Suspended Intake




Memiliki karakteristik dimana pipa hisap dibenamkan ke dalam sumber air tanpa menggunakan bangunan pelindung dan langsung tercampur dengan aliran sumber air.




  • Intake crib



Struktur intake dibuat terbenam di dasar sungai dengan kedalaman besar dari 3 m dari permukaan air. Lokasi dipilih dengan resiko terkecil terhadap kemungkinan hanyut oleh arus sungai.




  • Intake pipe/conduit


Pengambilan air dari mata air dilakukan dengan pipa/saluran, dengan kecepatan maksimun 1,2-1,9 m/s untuk mencegah akumulasi sedimen pada saluran.




  • Infiltration gallery



Sistem ini memiliki galeri pipa dengan lubang yang banyak (perforated pipe) yang dibungkus dengan kerikil. Biasanya dibangun di bawah dasar sungai sejajar dengan tepi sungai.

Bagian-bagian dari suatu intake pada umumnya tergantung pada kebutuhan dan kondisi dimana intake tersebut didirikan, umumnya elemen-lemen intake terdiri atas:

1. Bangunan intake


Umumnya memiliki konstruksi beton bertulang (reinforced concrete) agar memiliki ketahanan yang baik terhadap kemungkinan hanyut oleh arus sungai.

2. Inlet intake

Inlet intake dapat berupa saluran segi empat atau bundar yang dilengkapi dengan bar screen untuk menyaring material kasar.


3. Saringan halus (Strainer)

Berfungsi untuk menyaring material yang mengapung dan ikan-ikan kecil yang dapat menghambat penghisapan air baku pada ujung pipa.

5. Suction well (intake well)

Adalah bangunan penampung air baku yang akan dihisap oleh pompa atau dialiri secara gravitasi. Intake well harus cukup lebar agar mudah dimasuki oleh operator saat melakukan pembersihan. Waktu detensi yang dianjurkan adalah kurang dari 20 menit.


6. Pipa backwash

Berfungsi untuk melakukan pengurasan intake well saat endapan pasir dan material lain sudah menumpuk, biasanya dilengkapi dengan valve penguras.

7. Pompa hisap dan ruangan pompa

Berada diatas sumur intake dengan jarak minimal 1,5 m dari muka air. Ruangan pompa harus cukup lebar dan nyaman untuk dimasuki oleh operator saat melakukan pengontrolan dan pembersihan.





Teknologi Pengolahan Air Minum