








SEDIMENTASI
  Unit sedimentasi merupakan peralatan yang berfungsi untuk  memisahkan solid dan liquid dari suspensi untuk menghasilkan  air yang lebih jernih dan konsentrasi lumpur yang lebih kental melalui  pengendapan secara gravitasi. Secara keseluruhan, fungsi unit sedimentasi dalam instalasi pengolahan adalah:
  a.   Mengurangi beban kerja unit filtrasi dan  memperpanjang umur pemakaian unit penyaring selanjutnya;
  b.   Mengurangi biaya operasi instalasi pengolahan.
  Berdasarkan konsentrasi dan kecenderungan partikel  berinteraksi, proses sedimentasi terbagi atas tiga macam:
  1.   Sedimentasi TIpe I/Plain Settling/Discrete particle
  Merupakan pengendapan partikel tanpa menggunakan  koagulan. Tujuan dari unit ini adalah menurunkan kekeruhan air baku dan  digunakan pada grit chamber. Dalam  perhitungan dimensi efektif bak, faktor-faktor yang mempengaruhi performance bak seperti turbulensi pada inlet dan outlet, pusaran arus lokal, pengumpulan lumpur, besar nilai G  sehubungan dengan penggunaan perlengkapan penyisihan lumpur dan faktor lain  diabaikan untuk menghitung performance bak yang lebih sering disebut dengan ideal settling basin. 
  2.   Sedimentasi Tipe II (Flocculant  Settling) 
  Pengendapan material koloid dan solid tersuspensi terjadi  melalui adanya penambahan koagulan, biasanya digunakan untuk mengendapkan  flok-flok kimia setelah proses koagulasi dan flokulasi.
  Pengendapan partikel flokulen akan lebih efisien pada  ketinggian bak yang relatif kecil. Karena tidak memungkinkan untuk membuat bak  yang luas dengan ketinggian minimum, atau membagi ketinggian bak menjadi  beberapa kompartemen, maka alternatif terbaik untuk meningkatkan efisiensi  pengendapan bak adalah dengan memasang tube settler pada bagian atas bak  pengendapan untuk menahan flok–flok yang terbentuk. 
   Faktor-faktor yang  dapat meningkatkan efisiensi bak pengendapan adalah:
3.   Hindered Settling (Zone  Settling)
  Merupakan pengendapan dengan konsentrasi koloid dan  partikel tersuspensi adalah sedang, di mana partikel saling berdekatan sehingga  gaya antar pertikel menghalangi pengendapan paertikel-paertikel di sebelahnya.  Partikel berada pada posisi yang relatif   tetap satu sama  lain dan semuanya  mengendap pada suatu kecepatan yang konstan. Hal ini mengakibatkan massa  pertikel mengendap sebagai suatu zona, dan menimbulkan suatu permukaan kontak  antara solid dan liquid.
  Jenis sedimentasi yang umum digunakan pada pengolahan air  bersih adalah sedimentasi tipe satu dan dua, sedangkan jenis ketiga lebih umum  digunakan pada pengolahan air buangan.
  Operasional dan Pemeliharaan
FILTRASI
  Proses filtrasi merupakan penyaringan suspended solid dan koloidal solid dari air baku menggunakan media  berpori seperti pasir, antrasit, garnet. Fungsi utama dari unit filtrasi adalah  menyaring semua flok-flok halus yang tidak terendapkan pada unit sedimentasi.  Proses filtrasi air baku dapat dilakukan tanpa didahului oleh koagulasi,  flokulasi, dan sedimentasi bila kekeruhan air baku kecil dari 10 NTU.  Jenis-jenis filter menurut jumlah media yang digunakan:
  a.   Saringan media tunggal;
  b.   Saringan media ganda;
  c.   Saringan   multi media.
  Karakteristik butiran media adalah faktor penentu  efisiensi proses filtrasi. Ukuran media yang efektif didapatkan dengan  menentukan nilai effective size (ES),  yaitu ukuran ayakan yang melewatkan 10% berat pasir, dan uniformity coefficient (UC), yaitu ukuran ayakan yang melewatkan  60% berat pasir. Berdasarkan kecepatan penyaringan, unit filter dibagi atas dua  bagian, yakni:
  1.   Saringan Pasir  Lambat 
  Þ digunakan apabila kekeruhan air baku < 10 NTU.
  2.   Saringan Pasir  Cepat
  Þ digunakan apabila kekeruhan air baku > 10 NTU.
  Bila unit filtrasi menggunakan media lebih dari satu maka  diusahakan agar kedua media memiliki kecepatan pengendapan yang berbeda dimana  media paling bawah memiliki berat yang lebih sehingga lebih cepat mengendap, sehingga  media tidak tercampur pada saat pencucian (backwash). Pencucian filter (backwash)  dilakukan setiap hari dengan pompa backwash atau menggunakan tekanan air  reservoar yang disambungkan ke pipa backwash filter melalui jalur by-pass. Keuntungan dari sistem yang  kedua adalah efisien dalam operasional dan pemeliharaan dimana tidak dibutuhkan  pompa backwash, energi listrik, dan perawatan pompa. Sistem ini biasanya  digunakan jika perbedaan elevasi antara intake dan instalasi pengolahan cukup besar.
  Pengontrolan kinerja filter ini dilihat dari beberapa indikator,  yaitu:
DESINFEKSI
  Desinfeksi  adalah pembasmian  secara selektif  mikroorganisme patogen yang ada dalam air reservoar. Sebelum air bersih didistribusikan proses desinfeksi  mutlak dilakukan sebaik apapun hasil pengolahan yang diperoleh. Desinfeksi  dapat dilakukan menggunakan dua macam agen desinfektan, yaitu:
Proses pembunuhan mikroorganisme patogen oleh agen  desinfektan terjadi melalui beberapa fase, yakni:
  1.   Perusakan  dinding sel mikroorganisme;
  2.   Merubah  permeabilitas sel;
  3.   Merubah sifat  koloidal mikroorganisme;
  4.   Menghalangi  aktivitas enzim.
  Dalam instalasi pengolahan air bersih jenis  desinfektan  yang paling sering digunakan  adalah Calcium Hipochloride. Dosis chlor yang digunakan didasarkan pada daya pengikat chlor (DPC) air baku dan kebutuhan waktu kontak. Sisa chlor yang  diinginkan pada saluran distribusi berkisar antara  0,3-0,5 ppm .
  Operasional dan Pemeliharaan
RESERVOAR
  Reservoar yang digunakan pada instalasi pengolahan air  bersih berfungsi untuk menampung air hasil pengolahan sebelum didistribusikan,  serta melindungi air hasil pengolahan dari kontaminasi oleh air hujan, debu, algae maupun sinar matahari langsung.  Kedalaman efektif reservoar umumnya berkisar antara            3 hingga 6 meter. Reservoar  diletakkan pada akhir instalasi dengan muka level air lebih rendah dari muka air unit filter, dan diusahakan tidak ada fluktuasi.  Volume reservoar dirancang sebesar 15-20% dari kebutuhan air per hari.
  Operasional dan Pemeliharaan.